
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Fisioterapi merupakan salah satu tenaga kesehatan
yang ikut berperan dalam proses pembangunan di bidang kesehatan. Menurut UU
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pembangunan
kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Riasmini, 2006).
Fisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan
kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis
dan mekanis),pelatihan fungsi,komunikasi (KepMenKes
No.376/MENKES/SK/II/III/2007).
Stroke adalah penyebab dari kecacatan nomor satu dan
penyebab kematian nomor dua didunia. Penyakit ini telah menjadi masalah
kesehatan yang mendunia dan semakin penting dengan dua pertiga stroke sekarang
terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang (Feigin,2006).
|
Stroke biasanya ditandai dengan kelemahan anggota
gerak atas maupun bawah pada salah satu sisi anggota tubuh.Untuk itu penderita
stroke perlu mendapatkan penanganan sedini mungkin agar pengembalian fungsi
dari anggota gerak serta gangguan lainnya dapat semaksimal mungkin atau dapat
beraktivitas kembali mendekati normal serta mengurangi tingkat kecacatan.Stroke
dapat menyebabkan problematika pada tingkat impairment berupa gangguan motorik,
gangguan sensorik, gangguan memori, kognitif, gangguan koordinasi dan
keseimbangan.Pada tingkat functional limitation berupa gangguan dalam melakukan
aktivitas fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer dan
ambulasi.Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan dalam
melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.
Dengan adanya layanan fisioterapi maka
pasien hemiparese pascastroke akut dapat ditangani dengan menggunakan beberapa
metode ataupun modalitas, salah satunya metode Margaret Johstone. Metode yang digunakan
ini adalah untuk meningkatkan tonus otot yang mengalami hypotonus dan
menurunkan otot yang mengalami hypertonus, mengacu pada pola gerak yang normal,
mekanisme reflek postural yang normal dan sensorik yang normal.
Oleh karena itu, berdasarkan latar
belakang di atas pada Karya Tulis Ilmiah ini penulis tertarik untuk mengambil
judul Penerapan Metode Margaret Johnstone pada Kondisi Hemiparese Pascastroke
Akut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1.2.1
Dapatkah
metode Margaret Johnstone digunakan dalam meningkatkan kekuatan otot yang
mengalami hypotonus dan menurunkan otot yang mengalami hypertonus ?
1.2.2
Bagaimana
penanganan fisioterapi pada pasien hemiparese pascastroke akut dengan menggunakan
metode Margaret Johnstone ?
1.3
Tujuan Penulisan
Dalam rumusan masalah yang telah
ada, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai, antara lain :
1.3.1 Untuk membuktikan bahawa metodeMargaret
Johnstone mampu dalam meningkatkan kekuatan otot yang mengalami hypotonus dan
menurunkan otot yang mengalami hypertonus.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana
penanganan fisioterapi pada pasien hemiparese pascastroke akut dengan menggunakan
metode Margaret Johnstone.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Fisioterapi
Manfaat bagi fisiotarapi adalah
memberikan sumbangan informasi atau masukan untuk meningkatkan profesionalisme
bagi fisiotarapis tentang penerapan metode Margaret Johnstone pada kondisi
hemiparase sinistra pascastroke akut.
1.4.2 Penulis
Manfaat bagi penulis yaitu untuk
manambah pengetahuan dan pamahaman tentang penerapan metode Margaret Johnstone
pada kondisi hemiparese sinistra pascastroke akut.
1.4.3 Pengetahuan dan Teknologi
Manfaat bagi ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
kesehatan, bahwa dengan metode Margaret Johnstone salah satu terapi latihan
yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah pada pasien hemiparese.
1.4.4 Institusi Pendidikan
Manfaat untuk institusi pandidikan
sebagai sarana untuk mempersiapkan peseta didik dilingkungan pendidikan
fisioterapi untuk memahami serta melaksanakan proses fisioterapi dengan modalitas
terapi latihan berupa penerapan metode margaret johnstone pada kondisi
hemiparese sinistra pascastroke akut.

2. 1
Deskripsi Kasus
2.1.1
Definisi
Stroke atau Cerebrovascular
Accident (CVA) merupakan gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak
(Wilson, 2002).
Menurut WHO, stroke adalah
terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan
akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak.
|
Secara sederhana stroke akut
didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya aliran darah ke otak
kerena sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke hemoragik) (Junaidi,
2011). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti kerena aterosklerotik
atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses
aterosklerosis. Sedangkan pada stroke hemoragik (pendarahan), pembuluh darah
pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes
masuk kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya (Junaidi, 2011).
2.1.2Anatomi
Fungsional
Masalah utama pada stroke adalah
gangguan peredaran darah di otak, sehingga kita perlu memahami tentang anatomi
fungsional otak.
2.1.2.1
Anatomi
Otak
Otak adalah organ vital.Otak bertanggung jawab atas fungsi
mental dan intelektual kita, seperti berfikir dan mengingat.Otak terdiri atas
sel-sel otak yang disebut dengan neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai
sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah (Feigin, 2006).Otak manusia
berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10 miliar neuron yang
menjadi kompleks secara kesatuan fungsional. Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg
dan mempunyai volume sekitar 1200 cc.
Otak juga lebih kompleks daripada batang otak. Otak manusia kira-kira
merupakan 2% dari berat badan orang dewasa, otak menerima 15% dari curah
jantung, memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori
energy setiap harinya (Muttaqin, 2008).Selain itu otak juga merupakan jaringan yang paling banyak
memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari
metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan
oksigen dan glukosa melalui aliran darah yang bersifat konstan (Wilson, 2002).
Gambar
2.1
Anatomi
otak
(http://htmlimg3.scribdassets.com/,
2010)
1.
Cerebrum
(Otak Besar)
Cerebrum adalah area atau wilayah
terbesar dari otak. Disini terletak pusat-pusat saraf yang mengatur semuah
kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur semua proses penalaran, ingatan
dan intelegensi. Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan hemisfer kiri yang
dibagi oleh satu lekukan atau celah dalam yang disebut dengan fisura
longitudinal mayor. Bagian luar hemisfer serebri terdiri atas substansia grisea
yang disebut sebagai korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang
merupakan bagian dalam (inti) hemisfer dan disebut Pusat Medula. Kedua hemisfer
saling dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus kalosum.
Didalam substansia alba terdapat kumpulan massa substansia grisea yang disebut
ganglia basal. Pusat sensorik dan motorik pada masing-masing hemisfer dirangkap
dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan.Hemisfer
kanan mengatur bagian tubuh kanan, konsep ini disebut pengendalian
kontralateral.
Menurut
Mutaqqin (2008), pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :
1) Lobus Frontalis
Lobus Frontalis adalah proses area
dari korteks serebrum yang terletak didepan sulkus sentralis (suatu fisura atau
alur) dan di dasar sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah
motorik dan premotorik.Lobus frontalis bertanggung jawab atas perilaku
bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks.Lobus
frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh system
limbic dan reflex-refleks vegetatif dari batang otak.Badan-badan sel di daerah
motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolan-tonjolan akson ke medulla
spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam jalur yang disebut sabagai system
piramidalis.
Pada sisem piramidalis,
neuron-neuron motorik dari sisi korteks serebrum menuju ke sisi berlawanan.
Informasi motorik dari sisi kiri korteks serebrum menuju ke sisi kanan medulla
spinalis dan mengendalikan gerakan motorik sisi kanan tubuh,demikian sebaliknya.
Akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis.Serabut
saraf ini mengendalikan gerak motorik halus dan berjalan di luar jalur
piramidalis ke medulla spinalis.
2)
Lobus Parietalis
Lobus Parietalis adalah daerah
korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis, di dasar fisura lateralis
dan meluas ke belakang menuju fisura parieto oksipitalis.Lobus ini merupakan
daerah sensorik primer otak untuk sensasi peraba dan pendengaran.Sel-sel lobus
frontalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder untuk menginterpretasikan
rangsangan-rangsangan yang datang. Lobus frontalis menyampaikan informasi
sensorik ke banyak daerah lain di otak, termasuk daerah asosiasi motorik dan
visual di sebelahnya.
3)
Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah lobus
posterior korteks serebrum.Lobus ini terletak di sebelah posterior dari lobus
parietalis dan di dasar fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkanya dari
serebellum.Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama.Lobus ini menerima
informasi yang berasal dari retina mata.
4) Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencangkup bagian
korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura dan ke sebelah posterior
dari fisura parieto-oksipitalis.Lobus temporalis adalah area asosiasi primer
untuk informasi auditorik dan mencangkup area Wernicke tempat interpretasi
bahasa.Lobus ini juga terlihat dalam interpretasi penyimpanan ingatan.
Gambar
2.2
Hemisfer
serebri dari sisi kiri
(http://htmlimg2.scribdassets.com/,
2010)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Serebellum terletak di dalam fosa
kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang menyerupai atap atau tenda
yaitu, tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Serebellum
terdiri atas bagian tengah, vermis dan dua hemisfer lateral. Serebellum
dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang dinamakan
pendikuli.Semua aktivitas serebellum berada di bawah kesadaran. Fungsi utama
serebellum adalah :
1) Mengatur otot-otot postural tubuh.
Serebellum mengkoordinasi penyesuaian secara cepat dan otomatis dengan
memelihara keseimbangan tubuh.
2)
Melakukan program akan
gerakan-gerakan pada keadaan sadar dan bawah sadar.
Serebellum sebagai pusat reflex yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
3. Trunkus Serebri (Batang Otak).
Ke arah kaudal batang otak berlanjut
sebagai medulla spinalis dan ke bagian rostral berhubungan langsung dengan
pusat-pusat otak yang lebih tinggi.Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas
adalah medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah).Di sepanjang batang
otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang otak
merupakan pusat transmitter dan reflex dari sistem saraf pusat. Hubungan cerebelum
dengan medulla oblongata disebut korpus retiformi, serebelum dengan pons varoli
disebut brakium pontis dan serebelum dengan mesensepalon disebut brakium
konjungtiva.
Batang otak terdiri dari :
1) Diensefalon, bagian batang otak
paling atas terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon, dari sel saraf
yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsula interna dengan
sudut menghadap kesamping.
2) Mesensefalon, atap dari mesensefalon
terdiri dari 4 bagian yang menonjol ke atas, 2 disebelah atas disebut korpus
kuadrigeminus superior dan 2 di sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus
inferior.
3) Pons varoli, brakium pontis yang
menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli dengan serebelum, terletak di
depan serebelum diantara otak tengah dan medulla oblongata.
4) Medulla oblongata, merupakan bagian
dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli dengan
medulla spinalis.
4.
Medulla
Spinalis
Saraf spinal pada manusia dewasa
memiliki panjang sekitar 45 cm dan lebar 14 mm. Pada bagian permukaan dorsal
dari saraf spinal, terdapat alur yang dangkal secara longitudinal dibagian
medial posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior berupa
fisura. Medula spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing
memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui
foramen intervertebralis (lubang pada vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama
sesuai dengan foramen intervertebra tempat keluarnya saraf-saraf tersebut,
kecuali saraf servikal pertama yang keluar di antara tulang oksipital dan
vertebra servikal pertama. Dengan demikian, terdapat 8 pasang saraf servikal
(dan hanya tujuh saraf vertebra servikalis), 12 pasang saraf torakali, 5 pasang
saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis dan 1 pasang saraf cocygeus. Sumsum
tulang belakang dibentuk oleh 3 selaput yaitu durameter, arakhnoid dan
piameter.
1) Durameter terdiri dari dua lapisan,
lapisan luar yang melapisi tengkorak dan lapisan dalam yang bersatu dengan
lapisan luar dan mendapat persarafan yang banyak dari cabang-cabang saraf
trigeminus dan vagus dari saraf simpatik.
2) Arakhnoid adalah lapisan tipis,
halus yang memisahkan piameter dan durameter.
3) Piameter yang menyelip kedalam celah
yang ada pada otak dan sumsum tulang belakang dan sebagai akibat kontak yang
sangat erat maka dapat menyediakan dari struktur-struktur ini.
Fungsi medulla spinalis adalah pusat
gerakan otot-otot tubuh terbesar di kornu motorik atau kornu ventralis,
mengurus kegiatan refleks-refleks spinalis serta reflex lutut, menghantarkan
rangsangan koordinasi dari otak dan sendi ke serebelum, sebagai penghubung
antar segmen medulla spinalis, mengadakan komunikasi antara otak dengan semua
bagian tubuh.
2.1.2.2 Anatomi Peredaran Darah Otak
Darah mengangkut zat asam, makanan
dan substansi lainnya yang diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang
baik.Kebutuhan otak sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang
konstan harus terus dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak
merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang, ber hubungan
erat satu dengan yang lainsehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat
untuk sel (Wilson, 2002).
1. Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua
pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis interna, yang
bercabang dan beranastosmosis membentuk circuluswillisi (Wilson, 2002).
Arteri karotis interna dan eksterna
bercabang dari arteri karotis komunis yang berakhir pada arteri serebri
anterior dan arteri serebri medial.Di dekat akhir arteri karotis interna, dari
pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah
kaudal dengan arteri serebri posterior.Arteri serebrianterior saling
berhubungan melalui arteri communicans anterior (Chusid, 1979). Arteri
vertebralis kiri dan kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata, sedangkan arteri
subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta.Arteri vertebralis memasuki
tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula
oblongata.Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris (Wilson, 2002).
2. Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama
ke dalam sinus-sinus duramater,suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di
dalam struktur duramater yang liat. Sinus-sinus duramater tidak mempunyai katub
dan sebagian besar berbentuk triangular.Sebagian besar vena cortex superfisial
mengallir ke dalam sinus longitudinalis superior yang berada di medial.Dua buah
vena cortex yang utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam
sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke
dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah
dari basal ganglia (Wilson,2002).
Gambar
2.3
Circus Willisi (Wikipedia, 2009)
2.1.2.3 Etiologi
Etiologi merupakan penyebab suatu
penyakit (Dorlan, 1996).Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi
dua, stroke haemoragic (pendarahan) jika arteri pecah dan stroke non haemoragic
(ischemik) jika arteri tersumbat.
Menurut Junaidi (2011), banyak
faktor risiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan
stroke. Secara garis besar faktor resiko stroke dibagi menjadidua yaitu:
1.
Faktor
risiko internal atau yang tidak dapat dikontrol :
b. Umur, semakin tua kejadian stroke
semakin tinggi.
c. Ras/suku bangsa, Bangsa
Afrika/Negro, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke.
d. Jenis Kelamin, laki-laki lebih
berisiko dibanding wanita.
e. Riwayat Keluarga yang pernah
mengalami stroke.
2.
Faktor
risiko eksternal atau yang dapat dikontrol :
a.
Hipertensi
b.
Diabetes
mellitus/kencing manis
c.
Merokok
d.
Obesitas
e.
Hiperlipidemia
dan Kolesterol
f.
Peminum
alkohol
g.
Obat-obatan,
misalnya obat yang mempengaruhi serebrovaskular.
2.1.2. 4 Patologi
Patologi merupakan ilmu yang
mempelajari sebab-sebab dan hakikat penyakit, dan juga mempelajari
perubahan-perubahan anatomi maupun perubahan fungsional berkenaan adanya
penyakit tersebut (Hudaya,1997). Gangguan peredaran darah otak dapat terjadi di
mana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk circulus willisi yang terdiri
dari arteri karotis interna dan arteri vertebra basilaris atau semua
cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah yang ke jaringan otak
terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi kematian jaringan atau infark
(Wilson, 2002).
1. Trombotik Serebri
Pembuluh darah yang menuju otak
mengeras dan terjadi perubahan degenerasi dari dinding pembuluh darah.Dinding
pembuluh darah menjadi lemah, berwarna kuning dan menebal oleh karena
penumpukan zat lemak.Selain itu pengendalian zat kapur menyebabkan pembuluh
darah mengeras dari permukaan pembuluh darah bagian dalam yang permukaannya
licin menjadi tidak rata.Penebalan dinding pembuluh darah menyebabkan
penyempitan dan aliran darah menjadi berkurang.Sehingga jaringan otak
kekurangan kebutuhan oksigen (O₂) dan zat-zat lainnya, yang akhirnya
jaringan otak menjadi mati atau rusak.
2. Emboli Serebri
Emboli Serebri adalah penyumbatan
pembuluh darah arteri.Emboli biasanya berhubungan dengan penyakit jantung dan
penyakit pembuluh darah.Emboli dapat menyumbat pembuluh darah otak secara total
atau partial. Daerah jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah ini akan
mengalami infark atau thrombosis (Chusid, 1979). Suatu thrombosis yang melekat
di permukaan dalam pembuluh darah atau jantung terlepas dan kemudian masuk ke
dalam perdaran darah otak yang menimbulkan gejala-gejala stroke yang timbul
secara mendadak.
Gambar 2.4
Stroke
Trombosis dan stroke Emboli
(Google, diekses tanggal 7 januari 2013)
(Google, diekses tanggal 7 januari 2013)
2.1.5Tanda dan Gejala
Tanda awal serangan stroke umumnya
berupa gangguan kesadaran, tidak sadar, bingung, sakit kepala, susah
konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lainya (Junaidi, 2011). Gangguan
kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain berupa perasaan ingin tidur, sulit
mengingat, penglihatan kabur dan lain sebagainya. Pada beberapa jam berikutnya
gangguan kesadaran akan berlanjut yang menurunkan otot dan koordinasi, dalam
bentuk sulit berkonsentrasi dalam membaca atau mendengar percakapan orang lain.
Kemungkinan lain sulit dalam menyusun kata-kata atau melakukan pekerjaan
sehari-hari seperti berdiri, berjalan atau mengambil/memegang gelas, pensil,
sendok dan garpu. Gangguan lain berupa ketidakmampuan buang air kecil dan buang
air besar, kehilangan kemampuan untuk merasakan, mengalami kesulitan menelan
dan bernafas.
Gejala stroke akut Menurut Junaidi
(2011), sebagai berikut :
1. Adanya serangan deficit neurologis
fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai dan salah satu sisi
tubuh.
2. Hilangnya rasa atau adanya sensasi
abnormalitas pada lengan atau tungkai dan salah satu sisi tubuh. Baal atau mati
rasa sebelah badan.
3. Mulut tidak simetris, lidah mencong
bila diluruskan.
4. Gangguan menalan.
5. Gangguan bicara.
6. Sulit memikirkan dan mengucapkan
kata-kata yang tepat.
7. Tidak memahami pembicaraan orang
lain.
8. Tidak mampu membaca dan menulis
serta tidak memahami tulisan.
9. Tidak dapat berhitung dan kepandaian
menurun.
10. Tidak mampu menganali dan merasakan bagian
tubuhnya.
11. Sulit mengontrol buang air kecil dan
buank air besar.
12. Sulit berjalan, langkah kecil-kecil
dan sempoyongan.
13. Menjadi pelupa atau pikun
(Dimensia).
14. Awal terjadi penyakit (Onset) cepat,
mendadak dan biasanya terjadi pada saat istirahat atau bangun tidur.
15. Kelopak mata sulit untuk dibuka atau
dalam keadaan tertutup.
16. Gangguan pengelihatan, penglihatan
gelap atau ganda sesaat.
17. Gangguan pendengaran, berupa tuli
satu telinga atau kemampuan mendengaranya menurun.
18. Perasaan menjadi mudah sensitif :
menjadi menangis dan tertawa.
19. Banyak tidur atau selalu ingin tidur, mengantuk.
20. Kehilangan keseimbangan, gerakan
tubuh tidak terkontrol dengan baik, sempoyongan dan terjatuh.
2.1.6
Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu proses
patologis atau tidak langsung akibat disuse (karena imobilisasi) atau misuse
(karena salah menggerakkannya) (Hudaya,1997). Pasien yang telah menderita
stroke berisiko mengalami komplikasi lanjut yang terjadi akibat immobilisasi,
serta masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi medis umumnya. Komplikasi
yang ditimbulkan menurut Feigin(2004)adalah :
1. Pasien mengalami penurunan partial
atau total gerakan dan kekuatan lengan dan tungkai disalah satu sisi tubuh
(kelumpuhan partial disebut paresis, kelumpuhan total disebut paralisis).
2. Hingga 80-90% menderita kebingungan,
dalam masalah kemampuan berfikir dan mengingat.
3. Pasien mengalami satu atau lebih
masalah komunikasi, 30% Mereka mungkin mampu berbicara atau memahami bahasa
lisan (afaksia atau disfaksia), gejala mencangkup kesulitan memilih kata-kata
yang tepat untuk diucapkan atau ditulis, kesulitan memahami tulisan, pamakaiaan
kata-kata tanpa makna dan masalah memahami lelucon. atau mungkin mereka
mengalami kesulitan berbicara, berbicara pelo, atau sama sekali tidak mampu
bersuara meskipun tetap mengerti bahasa lisan (disartria).
4. Mengalami kesulitan menelan
(disfagia).
5. Hingga 10% mengalami kesulitan
melihat benda-benda disatu sisi (hemianopia) dan 10% memiliki penglihatan ganda
(diplopia).
6. Kurang dari 10% mengalami gangguan
koordinasi saat duduk, berdiri atau berjalan (ataksia).
7. Mengalami masalah orientasi
kiri-kanan dan bahkan tidak menyadari kesalahanya.
8. Mengalami cacat sendi atau
kontraktur (sendi yang tidak dapat ditekuk atau diluruskan) dalam tahun pertama
setelah stroke. Tanpa pemecahan yang berarti, 10-29% pasien mengalami
debikubitus (luka akibat tidur terlalu lama).
9. Hinggga 5% mengalami infeksi saluran
kemih pada bulan pertama, salah satu penyebab utama kematian pada stroke.
10. Hingga 10% mengalami Deep Vein
Thrombosis (DVT) dalam bulan pertama.
11. Kurang dari 10% mengalami masalah
dalam pengendalian buang air kecil atau buang air besar atau konstipasi
(sembelit).
2.2
Deskripsi Problema Fisioterapi
Problematika yang akan dihadapi
fisioterapi pada penderita akibat stroke akut sangat bervariasi bergantung pada
topis lesi dan derajat beratnya lesi. Problematika yang terjadi menurut
klasifikasi dari WHO yang dikenal dengan International Classification of
Function and Disabilitty (ICF) yang terdiri atas impairment, functional
limitation, dan participation restriction.
1.
Impairment
Impairment merupakan gangguan pada jaringan
pada penderita stroke sebagai gangguan kapasitas fisik maupun pisikologis yang
cukup berat. Pasien mengalami keadaan yaitu adanya:
1) Abnormalitas tonus otot, karena
adanya kerusakan sistem saraf sehingga menimbulkan kekakuan yang bersifat
spastik.
2) Pola sinergis biasanya selalu
terdapat dengan spastisitas dan saling mempengaruhi.
3) Potensial terjadinya komplikasi
tirah baring pada sistem pernapasan, karena tirah baring yang lama akan menyebabkan penumpukan
cairan dalam paru.
2.
Fungsional Limitation
Functional limitation merupakan ketidak mampuan pasien
dalam beraktivitas fungsional.Dalam hal ini karena tidak mampu menggerakkan
anggota tubuh yang lumpuh misalnya lengan dan tungkai, untuk perawatan diri dan
ketidakmampuan berjalan. Aktivitas lengan misalnya makan, minum, menyisir
rambut, gosok gigi dan mengambil sesuatu akan menjadi terganggu, sedangkanaktivitas
tungkai misalnya jongkok, berdiri dan berjalan.
3. Participation
Restriction (Disability)
Participation restriction atau
disability merupakan
ketidak mampuan melakukan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan.
Sehingga kondisi tadi akan membatasi atau menghalangi penderita untuk berperan
normal baik sebagai anggota keluarga atau masyarakat. Keadaan yang terakhir ini
disebut disability. Dengan adanya permasalahan di atas, maka akan membatasi
pasien untuk berperan serta secara normal dalam keluarga dan lingkungan
masyarakat.
2.3 Metode Margaret Jhonstone
Modalitas yang akan dibahas pada
karya tulis ilmiah ini adalah terapi latihan menggunakan metode Margaret
Johnstone, metode ini digunakan dalam meningkatkan tonus otot yang mengalami
hypotonus, menurunkan tonus otot yang mengalami hypertonus, mengacu pada pola
gerak yang normal, mekanisme reflek postural yang normal dan sensorik yang
normal.
2.3.1
Tujuan Metode Margaret Johnstone
Metode pendekatan ini dikembangkan
oleh Margaret Johnstone, seorang fisioterapi di sekitar tahun 1970-an, khusus
untuk pasien hemiparese.
Pendekatan ini dikembangkan
berdasarkan premis bahwa gerakan normal bergantung pada:
1. Tonus yang normal, sehingga
diperlukan untuk menaikkan tonus otot yang rendah (hypotonus) dengan cara
fasilitasi dan menurunkan tonus otot yang meninggi (hipertonus) dengan cara
inhibisi.
2. Pola gerak yang normal, dimana
latihan mengadaptasi dasar pola tumbuh kembang bayi yang normal (terlentang,
berguling, tengkurap, menegakkan kepala merayap, merangkak, duduk, berdiri pada
lutut, berdiri, berjalan, berlari dan melompat) mengembalikan control
spinal-tonik-basal-kortikal.
3. Mekanisme reflek postural yang
normal, dengan mengembangkan control postural.
4. Sensorik yang normal, dengan
mengembangkan stimulasi-stimulasi sensorik.

METODOLOGI
PENELITIAN
DAN
PERENCANAAN PELAKSAAN STUDI KASUS
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1
Penelitian ini akan dilakukan di RS Mohammad Hoesin
Palembang.
3.1.2
Waktu penelitian akan dilakukan pada Pebruari - April 2013.
3.2
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan
pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah jenis penelitan study kasus.
3.3
Rencana Pengkajian Fisioterapi
3.3.1
Pemeriksaan
3.3.1.1
Anamnesis
|
a.
Anamnesis Umum
Anamnesis umum berisi tentang
identitas pasien secara lengkap.dalam anamnesis ditemukan data sebagai berikut:
1)
Nama :
2)
Umur :
3)
Jenis
Kelamin :
4)
Agama :
5)
Pekerjaan :
6)
Alamat :
b.
Anamnesis
Khusus
Anamnesis khusus merupakan data
informasi tentang keluhan utama pasien, keluhan utama merupakan satu atau lebih
dari gejala dominan yang mendorong pasien untuk pergi mencari pertolongan.
c.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Menggambarkan riwayat penyakit
secara kronologis dengan jelas dan lengkap. Tentang bagaimana masing-masing
gejala tersebut timbul dan kejadian apa yang berhubungan dengannya.
d.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Menanyakan kepada pasien tentang
penyakit apasaja yang pernah diderita oleh pasien. Misalkan apakah pasien
mempunyai penyakit diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner.
e.
Riwayat
Penyakit Pribadi
Menanyakan kepada pasien mengenai
status, hobi, olahraga dan aktivitas yang kemungkinan ada hubungannya dengan
penyakit penderita.
f.
Riwayat
Penyakit Dalam Keluarga
Bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya penyakit-penyakit yang bersifat menurun dari keluarga.
g.
Anamnesis
Sistem
Berdasarkan anamnesis sistem dapat
diketahui tentang keluhan yang terjadi, seperti :
1)
Kepala
dan Leher :
2)
Kardiovaskuler :
3)
Respirasi :
4)
Gastrointestinal :
5)
Urogenital :
6)
Musculoskeletal :
7)
Nervorum :
3.3.1.2
Pemeriksaan
Fisik
a.
Tanda-tanda
Vital
Tanda-tanda vital sign terdiri dari
:
1)
Tekanan
darah :
2)
Denyut
nadi :
3)
Pernafasan :
4)
Suhu :
5)
Tinggi
badan :
6)
Berat
badan :
b.
Inspeksi
Terdapat 2 macam pemeriksaan dengan
inspeksi yaitu :
1)
Inspeksi
Statis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara melihat dan mengamati pasien dalam keadaan diam.
2)
Inspeksi
Dinamis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara melihat dan mengamati pasien dalam keadaan bergerak.
c.
Palpasi
Palpasi adalah suatu pemeriksaan
yang secara langsung kontak dengan pasien, dengan meraba, menekan, dan memegang
bagian tubuh pasien untuk mengetahui adanya spasme, nyeri tekan dan suhu.
d.
Perkusi
Perkusi yaitu pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara mengetuk suatu bagian organ tubuh.
e.
Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan caramendengarkan.
3.3.1.3
Pemeriksaan
Gerak Dasar
a.
Gerak
Pasif
Pemeriksaan gerak yang dilakukan
oleh terapis kepada pasien dimana pasien dalam keadaan rileks.
b.
Gerakan
Aktif
Pasien diminta menggerakkan anggota
gerak yang diperiksa secara aktif, terapis melihat dan memberikan aba-aba.
c.
Gerakan
Aktif Melawan Tahanan
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui
adanya penurunan kekuatan otot atau tidak.
3.3.1.4 Pemeriksaan Kognitif,
Intrapersonal, Interpersonal
Pemeriksaan kognitif meliputi
komponen atensi, konsentrasi, memori,pemecahan masalah, integritas belajar dan
pengambilan sikap.
Pemeriksaan intrapersonal merupakan
kemampuan pasien dalam memahami dirinya, menerima keadaan dirinya, motivasi,
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan dan bekerja sama dengan fisioterapis.
Pemeriksaan interpersonal meliputi
kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain baik sebagai individu,
keluarga, masyarakat dan berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
3.3.1.5
Pemeriksaan
Kemampuan Fungsional
a.
Fungsional
Dasar
Merupakan kemampuan transfer dan
ambulasi, misalnya bangun tidur,tidur miring ke kanan dan ke kiri, duduk, duduk
ke berdiri dan jalan.
b.
Fungsional
Aktivitas
Merupakan aktivitas perawatan diri
misalnya mandi, berpakaian dan toileting serta aktivitas yang di lakukan pasien
sehari-hari.
c.
Lingkungan
Aktivitas
Adanya keterbatasan fungsional pada
penderita berdampak terhadap kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
aktivitasnya baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
3.3.1.6
Pemeriksaan
Spesifik
3.3.1.7
Diagnosa
Fisioterapi
a.
Impairment : Kondisi pasien mampu dan tidak mampu melakukan gerakan fungsional
tubuh.
b.
Fungsional limitation : Kondisi mengenai ada atau tidaknya gangguan pada ADL pasien.
c.
Disability : Kondisi menganai bagaimana kegiatan aktivitas pasien dalam
lingkungan kehidupanya.
3.3.1.8
Tujuan
Fisioterapi
a.
Tujuan
Jangka Pendek
Adalah segala permasalahan yang
mempengaruhi impairment, fungsional limitation dan participation
restriction.
b.
Tujuan
Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang adalah
meneruskan tujuan dari tujuan jangka pendek.
3.3.1.9
Rencana
Pelaksanaan Fisioterapi
Teknologi Fisioterapi
a. Teknologi alternatif
b. Teknologi terpilih
c. Teknologi yang dilaksanakan
d. Home Program
e. Pelaksanaan terapi
3.3.1.10
Prognosis
a.
Quo
ad vitam : Menyangkut hidup
matinya pasien.
b.
Quo
ad sanam : Menyangkut
kesembuhan pasien.
c.
Quo
ad fungsional : Menyangkut segi kosmetik pasien.
d.
Quo
ad cosmeticam : Menyangkut aktivitas
sehari-hari.
3.3.1.11
Rencana
Evaluasi Hasil Terapi
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dalam pemberian terapi maka perlu dilakukan evaluasi sehingga fisioterapis
dapat membandingkan data sebelum dan sesudah terapi apakah perlu dirubah, diteruskan
atau dihentikan.
pak daftar pustakanya kok ngk ada
BalasHapus